Jumat, 09 Juli 2021

Laporan baca 6

 Sistem Evaluasi

A. Model-model Evaluasi Pembelajaran

1. Pengertian Model-model Evaluasi Pembelajaran

Dalam kamus Bahasa Indonesia, Model artinya contoh, pola acuan, ragam, macam dan sebagainya. Secara definisi, model diartikan sebagai sesuatu yang membantu dalam pemahaman struktur atau proses yang digunakan oleh ahli, ketika fenomena dipelajari untuk dapat diterangkan. Evaluasi pendidikan adalah suatu proses penilaian dalam pengumpulan dan menganalisis untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan guna menetapkan pencapaian suatu tujuan baik untuk pendidik dan peserta didik. Jika dibagungkan, model-model evaluasi pembelajaran atau pendidikan adalah contoh atau pola acuan suatu proses peniliaian dalam mengumpulkan data dan menganalisis untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan guna menetapkan pencapaian suatu tujuan bail untuk pendidik ataupun peserta didik (Mardiah & Syarifuddin:40)

1. Model-Model Evaluasi Pembelajaran

Terdapat beberapa model-model evaluasi dalam pembelajaran yang b isa diterapkan di dunia pendidikan, yaitu antara lain:

a. Goal Oriented Evalution Model

Goal Oriented Evalution Model ini merupakan model yang muncul paling awal.yang menjadi objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai.Evaluasi dilakukan secara berkesimbungan terus menerus,mencek seberapa jauh tujuan tersebut sydah terlaksana didalam proses pelaksanaan program.model ini dikembangkan oleh Tyler.

Tujuan sebagai pedoman untuk evaluasi secara konsep diajukan oleh Tyler dalam Basic principles of curriculum and instruction,ia menyatakan bahwa evaluasi esensinya adalah suatu proses dan kegiatan yang dilakukan oleh seorang evaluator untuk menetukan pada kondisi apa tujuan bisa dicapai.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Goal Oriented Evalution Model adalah model evaluasi yang dikembangkan Tyler yang berorientasi pada tujuan suatu program yang akan dilakukan. Dengan dilakukannya model evaluasi ini, diharapkan bisa mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tersebut sudah terlaksana atau tercapai. (Mardiah & Syariuffin:41)

b. Goal Free Evaluation Model

Model evaluasi yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini dapat dikatakan berlawanan dengan model pertama yang dikembangkan Tyler, evaluator terus –menerus memantau tujuan,yaitu sejak proses terus melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah tercapai, dalam model goal free evalution (evaluasi lepas dari tujuan) justru menoleh dari tujuan.

Menurut mechael scriven, dalam melaksanakan evaluasi program evaluator tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan dalam program evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan –penampilan yang terjadi baik hal positif ( hal yang diharapkan)maupun hal negatif (memang tidak diharapkan).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Goal Free Evaluation Model ( model evaluasi lepas dari tujuan ). Model evaluasi ini dikembangkan oleh Michael scriven. Sementara model yang kedua ini adalah model evaluasi yang lepas dari tujuan. Namun , penekanannya di sini bahwa lepas dari tujuan maksudnya adalah lepas dari tujuan khusus, bukan dari tujuan umum. Model ini masih tetap mempertimbangkan tyujuan umum dari sebuah program. (Mardiah & Syariuffin:44)

c. Formatif Sumatif Evaluation Model

Selain model “ evaluasi lepas dari tujuan “. Michael scriven juga mengembangkan model lain, yaitu model formatif-sumatif. Model ini menunjukkan adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu evalusi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan ( disebut evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai atau berakhir (disebut evaluasi sumatif).

Bedasarkan penjelasan-penjelasan ditas dapat penulia simpulkan bahwa formatif evaluation model dalah model evaluasi yang dilaksanakan dalam waktu yang berbeda, jika melaksanakan evaluasi ketika kegiatan atau program sedang berlangsung ini disebut evaluasi formatif. (Mardiah & Syariuffin:45)

d. Countenance Evaluation Model

Model ini dikembangkan oleh stake. Model stake menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok,yaitu (1) deskripsi (description) dan (2) pertimbangan ( judgements).

Menurut stake, ketika evaluator tengah mempertimbangkan program pendidikan, mereka mau tidak mau harus melakukan, yaitu:

1. Membandingkan kondisi hasil evaluasi program tertentu dengan yang terjadi di program ini, dengan objek sasaran yang sama;

2. Membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program yang bersangkutan, didasarkan pada tujuan yang akan dicapai.

Countenance Evaluation Model adalah model evaluasi yang dikembangkan oleh stake. Model inni menekankan pada dua hal, yakni deskripsi dan pertimbangan, yang didalamnya ada tiga hal pokok yakni sasaran evaluasi dan bagi evaluator harus mampu mengidentifikasi tiga hal, yaitu:

1. Anteseden, yang diartikan sebagai konteks.

2. Transaksi, yang diartikan sebagai sebagai proses.

3. Outcomes, yang diartikan sebagai hasil. (Mardiah & Syariuffin:47-48)

C. Pendekatan Dalam Evaluasi Pembelajaran

Pendekatan merupakan sudut pandang seseorang dalam mempelajari sesuatu. Jadi, pendekatan evaluasi berarti sudut pandang seseorang dalam menelaah atau mempelajari evaluasi.

Terdapat beberapa pendekatan yang terdalam evaluasi pembelajaran, yaitu antara lain:

1. Pendekatan Tradisional

Pendekatan tradisional merupakan pendekatan konvensional yang sudah mentradisi dan dipraktikkan oleh sekolah selama ini yang tujuannya adalah berusaha mengembangkan intelektual anak didik. Itu berarti pendekatan tradisional lebih mengedepankan aspek kognitif dalam proses evaluasinya dan mengabaikan aspek-aspek keterampilan dan pengembangan sikap yang merupakan cerminan dari aspek afektif dan psikomotorik anak, dan dua hal inilah yang kurang mendapat perhatian serius. (Haryanto: 2020: 108)

2. Pendekatan Sistem

Sistem adalah suatu totalitas dari berbagai komponen yang saling berhubungandan saling bergantungan. Dengan demikian, pendekatan sistem dalam evaluasi pembelajaran ini terkait erat dengan begaimana komponen-komponen dalam evaluasi pembelajaran itu diperhatikan dengan cermat, agar bisa diterapkan secara efektif dan efisien. Komponen itulah yang harus menjadi landasan pertimbangan dalam evaluasi pembelajaran secara sistematis. (Haryanto, 2020: 109)

3. Pendekatan Criterion-Referenced Evalution (Evaluasi Acuan Patokan)

Evaluasi Acuan Patokan (EAP) adalah model pendekatan evaluasi yang mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. EAP merupakan suatu cara menentukan kelulusan siswa dengan menggunakan patokan. Bila siswa telah memenuhi patokan tersebut, siswa tersebut dinyatakan berhasil. Sebaliknya, jika siswa belum memenuhi patokan, dia dinyatakan gagal atau belum menguasai bahan pembelajaran yang diajarkan. Maka demikian, nilai atau hasil yang diperoleh siswa selalu dihubungkan dengan tingkat pencapaian penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan yang dijadikan sebagai standar bagi pencapaian tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar