Jumat, 09 Juli 2021

Laporan baca 10 (perangkat pembelajaran)

 Perangkat pembelajaran merupukan hal yang harus disiapkan oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran. Dalam KBBI (2007: 17), perangkat adalah alat atau perlengkapan, sedangkan pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang belajar. Menurut Zuhdan, dkk (2011: 16) perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Perangkat pembelajaran menjadi pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium atau di luar kelas. Dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa penyusunan perangkat pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan RPP yang mengacu pada standar isi. Selain itu, dalam perencanaan pembelajaran juga dilakukan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian, dan skenario pembelajaran.

• Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Menurut Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, bahwa tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selanjutnya dijelaskan bahwa RPP adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup beberapa hal yaitu: (1) Data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/ semester; (2) Materi Pokok; (3) Alokasi waktu; (4) Tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) Materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6) Media, alat dan sumber belajar; (7) Langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) Penilaian.

• Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menurut Depdiknas (2007), LKS adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Tugas yang diperintahkan dalam LKS harus mengacu pada kompetensi dasar yang akan dicapai siswa. Tugas tersebut dapat berupa tugas teoritis dan tugas praktis (Abdul Majid, 2008: 176-177). LKS digunakan sebagai sarana untuk mengoptimalkan hasil belajar peserta didik dan meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar-mengajar

• Media Pembelajaran

Media pendidikan sangat penting sekali untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan. Oemar Hamalik (2004 : 194) dalam teorinya “Kembali ke Alam” menunjukan betapa pentingnya pengaruh alam terhadap perkembangan peserta didik. Menurut Oemar Hamalik (2004: 195) Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting. Lingkungan yang berada disekitar kita dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Lingkungan meliputi: Masyarakat disekeliling sekolah; Lingkungan fisik disekitar sekolah, bahan-bahan yang tersisa atau tidak dipakai, bahan-bahan bekas dan bila diolah dapat dimanfaatkan sebagai sumber atau alat bantu dalam belajar, serta peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Jadi, media pembelajaran lingkungan adalah pemahaman terhadap gejala atau tingkah laku tertentu dari objek atau pengamatan ilmiah terhadap sesuatu yang ada di sekitar sebagai bahan pengajaran siswa sebelum dan sesudah menerima materi dari sekolah dengan membawa pengalaman dan penemuan dengan apa yang mereka temui di lingkungan mereka.

• Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Silabus bisa dikembangkan sendiri sesuai kearifan lokal daerah masing-masing.Silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kemampuan dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian yang ingin dicapai dan dipelajari siswa dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar.

• Buku

Buku sebagai rangkaian dari perangkat pembelajaran tentunya haru memberikan manfaat bagi guru khususnya siswa. Depdiknas (2008a:12) menjelaskan bahwa “Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari pengarangnya.” Lebih lanjut dijelaskan dari sumber yang sama (Depdiknas, 2008a:12), bahwa: Buku sebagai bahan tertulis merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Sedangkan buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisnya.


Laporan baca 9

 -Strategi Pembelajaran-

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan lingkungan. Dalam hal ini, proses merupakan rangkaian kegiatan yang berkelanjutan, terancana, terpadu dan berkeseimbangan, yang secra keseluruhan memberikan karakteristik terhadap proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan kata belajar yang diberikan imbuhan pe dan an, yang berarti pembelajaran adalah sebuah peningkatan pengetahuan, proses mengingat, dan proses mendapatkan fakta-fakta atau keterampilan yang dapat dikuasai serta digunakan sesuai kebutuhan. Pembelajaran juga merupakan proses memahami atau mengabstraksikan makna, penafsiran dan pemahaman akan realitas dalam sebuah cara yang berbeda. Dalam pembelajaran bahasa khususnya Bahasa Indonesia, diperlukan beberapa hal yang memacu individu atau kelompok agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai sasaran. Berbagai macam teknik, metode, dan strategi pembelajaran membutuhkan banyak pemikiran dan analisa untuk menjelaskan hal tersebut secara satu per satu. Pembelajaran bahasa yang efektif didasari dengan strategi yang tepat.Strategi yang terencana memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Strategi erat kaitannya dengan teknis dalam melaksanakan pembelajaran tersebut. Agar strategi tersebut tidak menjauh dari sasaran yang ingin dicapai, perlu pemahaman yang lebih. Pemahaman tersebut diawali dari stimulus pada setiap individu dalam mendorong atau memotivasi sehingga memberikan respon dalam kegiatan pembelajaran bahasa.Keterampilan setiap individu berbeda. Keterampilan perlu diwujudkan potensinya agar berkembang dan menjadi sebuah prestasi. Pada umumnya setiap individu lebih memilih meningkatkan keterampilan non formal. Biasanya keterampilan tersebut berasal dari hobi atau kebiasaan. Bila dikatakan keterampilan yang berasal dari kebiasaan lebih disukai, maka keterampilan bahasa merupakan hal penting dan wajib untuk dikembangkan. Karena setiap harinya, seseorang pasti menggunakan bahasa dalam aktivitas maupun komunikasinya. Cara belajar setiap individu juga berbeda. Hal ini berkaitan erat dengan strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran menjadi faktor utama dalam meningkatkan proses belajar bahasa dan keterampilan bahasa. Strategi pembelajaran yang tidak tersusun dengan baik memungkinkan adanya hasil yang tidak tercapai sesuai sasaran. Oleh karena itu, pembelajar perlu diarahkan dengan strategi-strategi yang tepat, terencana, dan mudah dalam pelaksanaanya Strategi belajar dapat digambarkan sebagai sifat dan tingkah laku. Oxford mendefinisikan strategi belajar sebagai tingkah laku yang dipakai oleh pembelajar agar pembelajaran bahasa berhasil, terarah, dan menyenangkan. Strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses berfikir yang digunakan serta mempengaruhi apa yang dipelajari. Strategi pembelajaran bahasa adalah tindakan melaksanakan rencana dengan menggunakan beberapa variabel seperti tujuan, bahan, metode, dan alat, serta evaluasi agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi belajar menurut Huda (1999), antara lain:

 1. Strategi Utama dan Strategi Pendukung. Strategi utama dipakai secara langsung dalam mencerna materi pembelajaran. Strategi pendukung dipakai untuk mengembangkan sikap belajar dan membantu pembelajar dalam mengatasi masalah seperti gangguan, kelelahan, frustasi, dan lain sebagainya.

 2. Strategi Kognitif dan Strategi Metakognitif. Strategi kognitif dipakai untuk mengelola materi pembelajaran agar dapat diingat untuk jangka waktu yang lama. Strategi metakognitif adalah langkah yang dipakai untuk mempertimbangkan proses kognitif, seperti monitoring diri sendiri, dan penguatan diri sendiri.

 3. Strategi Sintaksis dan Strategi Semantik. Strategi sintaksis adalah kata fungsi, awalan, akhiran, dan penggolongan kata. Strategi semantik adalah berhubungan dengan objek nyata, situasi, dan kejad Strategi pembelajaran berdasarkan klasifikasinya, sebagai berikut:

 1. Penekanan Komponen dalam Program Pengajaran

 Komponen program pengajaran anatara lain yang berpusat pada pengajar, peserta didik, dan materi pengajaran. Berpusat pada pengajar, pengajar menyampaikan informasi kepada peserta didik. Teknik penyajian adalah teknik ceramah, teknik team teaching, teknik sumbang saran, teknik demonstrasi, dan teknik antar disiplin. Berpusat pada peserta didik, strategi pembelajaran seperti ini memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk aktif dan berperan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, pengajar berperan sebagai fasilitator dan motivator. Teknik penyajian adalah teknik diskusi, teknik kerja kelompok, teknik penemuan, teknik eksperimen, teknik kerja lapangan, dan teknik penyajian kusus. Berpusat pada materi pengajaran, materi terbagi dua yaitu materi formal dan materi informal. Materi formal adalah isi pelajaran yang terdapat dalam buku-buku teks resmi disekolah, sedangkan materi informal adalah bahan bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah. Teknik penyajian adalah tutorial, teknik modular, teknik pengajaran terpadu, dan teknik demonstrasi.

 2. Kegiatan Pengolahan Pesan atau Materi

 Dibedakan menjadi dua, yaitu strategi pembelajaran ekspositoris merupakan strategi berbentuk penguraian, baik berupa bahan tertulis maupun penjelasan secara verbal. Strategi pembelajaran heuristik adalah sebuah strategi yang menyiasati agar aspek-aspek dari komponen-komponen pembentuk sistem intruksional mengarah kepada pengaktifan peserta didik untuk mencari dan menemukan fakta, prinsip, serta konsep yang mereka butuhkan.

 3. Pengelohan Pesan atau Materi

 Dibedakan menjadi dua, yaitu strategi pembelajaran dedukasi adalah pesan diolah mulai dari hal umum menuju kepada hal khusus. Misalnya bila pengajaran tentang kalimat tunggal, maka dimulai dengan definisi kalimat tunggal, contoh-contoh kalimat tunggal, dan dilanjutkan penjelasan ciri-ciri kalimat tunggal. Sedangkan strategi pembelajaran induksi adalah pesan diolah mulai dari hal-hal yang khusus menuju kepada konsep yang bersifat umum. Misalnya bila pengajaran tentang kalimat tunggal, maka dimulai dengan memberikan contoh-contoh kalimat tunggal, ciri-ciri kalimat tunggal sehingga peserta didik dapat mendefinisikan sendiri tentang kalimat tunggal.

 4. Cara Memproses Penemuan

 Dibedakan menjadi dua, yaitu strategi pembelajaran ekspositoris merupakan strategi berbentuk penguraian yang dapat berupa bahan tertulis atau penjelasan verbal. Strategi penemuan (discovery) adalah proses yang mampu mengasimilasikan sebuah konsep atau prinsip. Seperti mengamati, mencerna, mengerti, menggolongkan, menduga,menjelaskan, dan membuat kesimpulan.


Laporan baca 8

 Manajemen Kelas

Berbicara mengenai manajemen, maka yang terlintas dipikiran adalah sebuah istilah yang Berkaitan erat dengan kepemimpinan. Istilah management hampir pada semua literatur Memberikan rumusan yang jelas mengenai apa yang dimaksud dengan manajemen tersebut. Suatu rumusan yang sering dikemukakan ialah bahwa manajemen adalah suatu proses Pencapaian tujuan organisasi lewat usaha orang-orang lain. Dengan demikian manajer adalah orang yang senantiasa memikirkan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Sekarang, istilah manajemen digunakan pada hampir setiap bidang, termasuk pendidikan. Dalam dunia pendidikan istilah manajemen sering kita dengar, ternyata manajemen mempunyai pengaruh yang besar bagi terselenggaranya suatu organisasi pendidikan untuk mencapai hasil yang terbaik, yang diperoleh dari sumber daya yang dimiliki. Manajemen merupakan sesuatu yang amat bermakna dalam pendidikan menuju pada perubahan dan perbaikan. Dalam interaksi edukatif manajemen merupakan suatu proses atau usaha yang dilakukan oleh seorang manajer untuk mencapai suatu tujuan berdasarkan sasaran. Manajemen pendidikan pada hakekatnya merupakan bagian dari ilmu manajemen yang diaplikasikan dalam dunia pendidikan. Manajemen sebagai suatu sistem mengandung komponen-komponen masukan, proses dan keluaran yang masing-masing tidak dapat dipisahkan dari keterlibatan faktor manusia, bahkan keberhasilan manajemen itu sendiri sangat bergantung pada sumber daya manusia pelaksananya.

Manajemen kelas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, hal. 708) adalah “manajemen untuk mencapai tujuan pengajaran di kelas”. Agar kelas teratur, maka perlu dimanage atau perlunya manajemen kelas. Manajemen kelas (Padmono 2011, hal. 12) Adalah “upaya yang dilakukan penanggung-jawab kegiatan belajar mengajar agar dicapai. Kondisi optimal sehingga belajar mengajar berjalan seperti yang diharapkan. Pengelolaan tersebut meliputi penyelenggaraan, pengurusan, dan ketatalaksanaan dalam menyelenggarakan kelasnya”. Dengan batasan tersebut, maka batasan lebih bersifat luwes. Manajemen sebagai suatu sistem mengandung komponen-komponen masukan, proses dan keluaran yang masing-masing tidak dapat dipisahkan dari keterlibatan faktor manusia, bahkan keberhasilan manajemen itu sendiri sangat bergantung pada sumber daya manusia pelaksananya. Jadi, dengan demikian manajemen kelas menunjukkan kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar. Hal tersebut akan terjadi bila kita lebih dahulu menciptakan kebaikan agar untuk mendapatkan kebaikan dari apa yang telah kita lakukan. Sebab, tidak menutup kemungkinan apa kita lakukan dengan terbaik akan berdampak baik terhadap apa yang akan kita lakukan Jadi, dapat dipahami bahwa tujuan manajemen kelas adalah upaya untuk mendayagunakan potensi kelas. Berhubung kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses edukatif, maka hal itu dapat memberikan dorongan dan rangsanan terhadap anak didik untuk belajar. Dalam hal ini, guru harus mampu mengelola situasi dan suasana kelas dengan sebaik-baiknya. Intinya adalah agar setiap anak dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapainya tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. manajemen kelas menunjukkan kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar. Suatu keterampilan bertindak seorang guru yang didasarkan kepada pengertian tentang sifat-sifat kelas dan kekuatan yang mendorong mereka bertindak. Guru ini berusaha memahami dan mendiagnosa situasi kelas, kemudian bertindak selektif serta kreatif untuk memperbaiki kondisi, sehingga dapat diciptakan situasi belajar mengajar yang baik. manajemen kelas sebagai serangkaian tindakan yang dilakukan guru dalam upaya menciptakan kondisi kelas agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuannya. Secara sederhana juga dapat dikatakan bahwa manajemen kelas adalah upaya untuk menjaga dan mempertahankan ketertiban kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut dapat belajar dengan efektif.

Sedangkan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan guru dalam menciptakan kondisi kelas adalah melakukan komunikasi dan hubungan inter-personal antara guru-siswa secara timbal balik dan efektif, selain melakukan perencanaan/persiapan mengajar.

Manajemen kelas merupakan suatu tindakan yang menunjukkan kepada kegiatan-kegiatan yang berusaha menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif. Jadi prosedur manajemen kelas adalah serangkaian langkah kegiatan manajemen kelas yang dilakukan bagi terciptanya kondisi optimal serta mempertahankan kondisi optimal tersebut supaya proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efesien.

Memperhatikan dua dimensi tindakan dalam manajemen kelas, maka prosedur atau langkah-langkah manajemenpun bertumpu pada prosedur dimensi pencegahan dan prosedur dimensi penyembuhan.

Adapun langkah langkah pencegahannya sebagai berikut :

1. Peningkatan kesadaran diri sebagai guru

2. Peningkatan kesadaran peserta didik

3. Sikap tulus dari guru

4. Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan

5. Menciptakan kondisi sosial yang adaptif

Sedangkan langkah-langkah prosedur dimensi penyembuhan dapat berupa :

1. Mengidentifikasi masalah

2. Menganalisis masalah

3. Menilai alternatif-alternatif pemecahan

4. Mendapatkan balikan

Rancangan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis berdasarkan pemikiran yang rasional untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan tugas guru menyusun rancangan prosedur manajamen kelas berarti guru menentukan serangkaian kegiatan tentang langkah-langkah manajemen kelas yang disusun secara sistematis berdasarkan pemikiran yang rasional untuk menciptakan kondisi lingkungan yang optimal bagi keberlangsungan kegiatan belajar siswa.

Dalam penyusunan rancangan prosedur manajemen kelas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Pemahaman terhadap arti, tujuan, dan hakikat manajemen kelas

2. Pemahaman terhadap hakikat peserta didik yang sedang dihadapi

3. Pemahaman terhadap bentuk penyimpangan serta latar belakang tindakan penyimpangan yang dilakukan peserta didik

4. Pemahaman terhadap pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam manajemen kelas

5. Pemilikan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat rancangan prosedur manajemen kelas


Laporan baca 7

 Manajemen Sekolah

(Organisasi)

a) Pengertian Organisasi Organisasi secara etimologi berasal dari bahasa latin yaitu organizare. Kemudian dalam bahasa Inggris yaitu organize yang berarti membentuk suatu kebulatan dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lainnya.

Pengertian organisasi menurut Dimok (1996:26):“Organisasi adalah perpaduan secara sistematika dari bagian-bagian yang saling bergantung atau berkaitan untuk membentuk satu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam rangg ka usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Sementara itu, pendapat lainnya tentang organisasi yaitu menurut Hermaya 1996:26): “Organisasi adalah tempat atau wahana proses kegiatan kumpulan orang-orang yang bekerja sama mempunyai fungsi dan wewenang untuk mengerjaka usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Selanjutnya, Sondang (1997:26) menyatakan bahwa organisasi dipandang sebagai alat pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dan strukturnya bersifat permanen tanpa menutup kemungkinan terjadinya reorganisasi. Apabila hal itu dipandang perlu baik demi percepatan laju usaha pencapaian tujuan maupun dalam usaha peningkatan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kerja. Sondang Siagian cenderung menelaah orgnisasi dari sudut pandang yang berbeda yaitu organisasi ditelaah dengan pendekatan structural dan organisasi ditelaah dari sudut pandang keprilakuan. pendekatan yang sifatnya struktural menyoroti organisasi sebagai tempat atau wadah, hal ini berarti bahwa:

1. Organisasi dipandang merupakan penggambaran jaringan hubungan kerja yang bersifat formal serta tergambar pada “kotak-kotak”, kedudukan dan jabatan yang diduduki oleh orang-orang.

2. Organisasi dipandang sebagai rangkaian hierarki kedudukan yang menggambarkan secara jelas garis kewenangan dan tanggung jawab.

3. Organisasi dipandang sebagai alat pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dan strukturnya bersifat permanen tanpa menutup kemungkinan terjadinya reorganisasi apabila hal itu dipandang perlu baik demi percepatan laju usah pencapaian tujuan maupun dalam usaha peningkatan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja

Organisasi adalah suatu sistem, mempunyai struktur dan perencanaan yang dilakukan dengan penuh kesadaran, di dalamnya orang-orang bekerja dan berhubungan satu sama lain dengan suatu cara yang terkoordinasi, kooperatif, dan dorongan-dorongan guna mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan (Beach, 1980; Champoux, 2003).

Istilah organisasi dapat pula diartikan sebagai suatu perkumpulan atau perhimpunan yang terdiri dari dua orang atau lebih punya komitmen bersama dan ikatan formal mencapai tujuan organisasi, dan di dalam perhimpunannya terdapat hubungan antar anggota dan kelompok dan antara pemimpin dan angota yang dipimpin atau bawahan (Beach and Reinhartz, 2004; Bush and Middlewood, 2005).

Dari kedua definisi di atas, dapat dinyatakan betapa pentingnya organisasi sebagai alat administrasi dan manajemen dalam melaksanakan segala kebijakan/keputusan yang dibuat pada tingkatan administratif maupun manajerial. Dalam hubungan ini, hakiki organisasi dapat ditinjau dari dua sudut pandangan. Pertama, organisasi dipandang sebagai wadah, tempat di mana kegiatan administrasi dan manajemen dilaksanakan. Kedua, sebagai proses yang berusaha menyoroti interaksi (hubungan) antara orang-orang yang terlibat di dalam organisasi itu.

b) Komponen Organisasi

a. Tujuan

Merupakan motivasi, misi, sasaran, maksud dan tujuan yang akan dicapai dalam rentang waktu tertentu, Tujuan berdasarkan rentang dan cakupanya dapat di bagi dala beberapa karakteristik antara lain :

1) Tujuan jangka Pendek

2) Tujuan Jangka Menengah

3) Tujuan jangka panjang

b. Struktur

Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan meninjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.

Struktur Organisasi sangat penting untuk dapat dipahami oleh semua komponen dalam rangka menciptakan sistem kerja yang efektif dan efesien. Struktur organisasi merupakan deskripsi bagaimana organisasi membagi pekerjaan dan melaksanakan tugas atau pekerjaannya dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Struktur organisasi juga mengatur siapa yang melaksanakan tugas dan pekerjaan itu. Selain membagi dan mengatur tugas dan pekerjaan yang diemban oleh organisasi, struktur organisasi juga menggambarkan hubungan organisasi secara internal maupun eksternal.

c. Sistem

Setiap organisasi baik formal maupun informal, akan menganut suatu sistem yang mengatur bagaimana cara organisasi mencapai tujuannya. Untuk itulah setiap organisasi memiliki peraturan-peraturan yang merefleksikan kepentingan-kepentingan organisasi. Sistem pada organisasi itu dapat berupa anggaran dasar, anggaran rumah tangga, peraturan khusus, prosesdur dan peraturan lainnya.

c) Fungsi Organisasi

a. Planning (perencanaan)

Hal yang berkaitan dengan perencanaan dalam organisasi diantaranya dalah rencana-rencana yang coba disusun oleh pengelola organisasi, seperti rencana kerja atau kegiatan serta anggaran yang diperlukan, teknis pelaksanaannya bisa melalui rapat-rapat.

b. Organizing (pengaturan)

Dalam hal pengaturan, unsur yang perlu diperhatikan dan diwujudkan adalah :

a) Struktur Organisasi yang mampu menunjukkan bagaimana hubungan (relationship) antara organisasi/bagian/seksi yang satu dengan yang lain.

b) Job Description yang jelas yang mampu menjelaskan tugas masing-masing bagian.

c) Bentuk Koordinasi antar bagian dalam organisasi (misal. Rapat Koordinasi antar bagian, Rapat Pimpinan antar Organisasi, dll).

d) Penataan dan Pendataan Arsip & Inventaris Organisasi Harus diatur dan ditata dengan baik administrasi organisasi, seperti surat masuk, surat keluar, laporanlaporan, proposal keluar, data anggota, AD/ART, GBHK, presensi, hasil rapat, inventarisasi yang dimiliki, perangkat yang dipinjam.

c. Accounting (pelaporan)

Pelaporan merupakan unsur wajib yang harus dilakukan untuk menunjukkan sikap & rasa tanggung jawab dari pengurus kepada anggotanya ataupun kepada struktur yang berada diatasnya.

d. Controling (pengawasan)

Organisasi ataupun pimpinan organisasi yang tidak boleh terlewatkan adalah melakukan pengawasan terhadap aktifitas organisasi ataupun realisasi kegiatan dan penggunaan anggaran.


Laporan baca 6

 Sistem Evaluasi

A. Model-model Evaluasi Pembelajaran

1. Pengertian Model-model Evaluasi Pembelajaran

Dalam kamus Bahasa Indonesia, Model artinya contoh, pola acuan, ragam, macam dan sebagainya. Secara definisi, model diartikan sebagai sesuatu yang membantu dalam pemahaman struktur atau proses yang digunakan oleh ahli, ketika fenomena dipelajari untuk dapat diterangkan. Evaluasi pendidikan adalah suatu proses penilaian dalam pengumpulan dan menganalisis untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan guna menetapkan pencapaian suatu tujuan baik untuk pendidik dan peserta didik. Jika dibagungkan, model-model evaluasi pembelajaran atau pendidikan adalah contoh atau pola acuan suatu proses peniliaian dalam mengumpulkan data dan menganalisis untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan guna menetapkan pencapaian suatu tujuan bail untuk pendidik ataupun peserta didik (Mardiah & Syarifuddin:40)

1. Model-Model Evaluasi Pembelajaran

Terdapat beberapa model-model evaluasi dalam pembelajaran yang b isa diterapkan di dunia pendidikan, yaitu antara lain:

a. Goal Oriented Evalution Model

Goal Oriented Evalution Model ini merupakan model yang muncul paling awal.yang menjadi objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai.Evaluasi dilakukan secara berkesimbungan terus menerus,mencek seberapa jauh tujuan tersebut sydah terlaksana didalam proses pelaksanaan program.model ini dikembangkan oleh Tyler.

Tujuan sebagai pedoman untuk evaluasi secara konsep diajukan oleh Tyler dalam Basic principles of curriculum and instruction,ia menyatakan bahwa evaluasi esensinya adalah suatu proses dan kegiatan yang dilakukan oleh seorang evaluator untuk menetukan pada kondisi apa tujuan bisa dicapai.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Goal Oriented Evalution Model adalah model evaluasi yang dikembangkan Tyler yang berorientasi pada tujuan suatu program yang akan dilakukan. Dengan dilakukannya model evaluasi ini, diharapkan bisa mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tersebut sudah terlaksana atau tercapai. (Mardiah & Syariuffin:41)

b. Goal Free Evaluation Model

Model evaluasi yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini dapat dikatakan berlawanan dengan model pertama yang dikembangkan Tyler, evaluator terus –menerus memantau tujuan,yaitu sejak proses terus melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah tercapai, dalam model goal free evalution (evaluasi lepas dari tujuan) justru menoleh dari tujuan.

Menurut mechael scriven, dalam melaksanakan evaluasi program evaluator tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan dalam program evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan –penampilan yang terjadi baik hal positif ( hal yang diharapkan)maupun hal negatif (memang tidak diharapkan).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Goal Free Evaluation Model ( model evaluasi lepas dari tujuan ). Model evaluasi ini dikembangkan oleh Michael scriven. Sementara model yang kedua ini adalah model evaluasi yang lepas dari tujuan. Namun , penekanannya di sini bahwa lepas dari tujuan maksudnya adalah lepas dari tujuan khusus, bukan dari tujuan umum. Model ini masih tetap mempertimbangkan tyujuan umum dari sebuah program. (Mardiah & Syariuffin:44)

c. Formatif Sumatif Evaluation Model

Selain model “ evaluasi lepas dari tujuan “. Michael scriven juga mengembangkan model lain, yaitu model formatif-sumatif. Model ini menunjukkan adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu evalusi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan ( disebut evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai atau berakhir (disebut evaluasi sumatif).

Bedasarkan penjelasan-penjelasan ditas dapat penulia simpulkan bahwa formatif evaluation model dalah model evaluasi yang dilaksanakan dalam waktu yang berbeda, jika melaksanakan evaluasi ketika kegiatan atau program sedang berlangsung ini disebut evaluasi formatif. (Mardiah & Syariuffin:45)

d. Countenance Evaluation Model

Model ini dikembangkan oleh stake. Model stake menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok,yaitu (1) deskripsi (description) dan (2) pertimbangan ( judgements).

Menurut stake, ketika evaluator tengah mempertimbangkan program pendidikan, mereka mau tidak mau harus melakukan, yaitu:

1. Membandingkan kondisi hasil evaluasi program tertentu dengan yang terjadi di program ini, dengan objek sasaran yang sama;

2. Membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program yang bersangkutan, didasarkan pada tujuan yang akan dicapai.

Countenance Evaluation Model adalah model evaluasi yang dikembangkan oleh stake. Model inni menekankan pada dua hal, yakni deskripsi dan pertimbangan, yang didalamnya ada tiga hal pokok yakni sasaran evaluasi dan bagi evaluator harus mampu mengidentifikasi tiga hal, yaitu:

1. Anteseden, yang diartikan sebagai konteks.

2. Transaksi, yang diartikan sebagai sebagai proses.

3. Outcomes, yang diartikan sebagai hasil. (Mardiah & Syariuffin:47-48)

C. Pendekatan Dalam Evaluasi Pembelajaran

Pendekatan merupakan sudut pandang seseorang dalam mempelajari sesuatu. Jadi, pendekatan evaluasi berarti sudut pandang seseorang dalam menelaah atau mempelajari evaluasi.

Terdapat beberapa pendekatan yang terdalam evaluasi pembelajaran, yaitu antara lain:

1. Pendekatan Tradisional

Pendekatan tradisional merupakan pendekatan konvensional yang sudah mentradisi dan dipraktikkan oleh sekolah selama ini yang tujuannya adalah berusaha mengembangkan intelektual anak didik. Itu berarti pendekatan tradisional lebih mengedepankan aspek kognitif dalam proses evaluasinya dan mengabaikan aspek-aspek keterampilan dan pengembangan sikap yang merupakan cerminan dari aspek afektif dan psikomotorik anak, dan dua hal inilah yang kurang mendapat perhatian serius. (Haryanto: 2020: 108)

2. Pendekatan Sistem

Sistem adalah suatu totalitas dari berbagai komponen yang saling berhubungandan saling bergantungan. Dengan demikian, pendekatan sistem dalam evaluasi pembelajaran ini terkait erat dengan begaimana komponen-komponen dalam evaluasi pembelajaran itu diperhatikan dengan cermat, agar bisa diterapkan secara efektif dan efisien. Komponen itulah yang harus menjadi landasan pertimbangan dalam evaluasi pembelajaran secara sistematis. (Haryanto, 2020: 109)

3. Pendekatan Criterion-Referenced Evalution (Evaluasi Acuan Patokan)

Evaluasi Acuan Patokan (EAP) adalah model pendekatan evaluasi yang mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. EAP merupakan suatu cara menentukan kelulusan siswa dengan menggunakan patokan. Bila siswa telah memenuhi patokan tersebut, siswa tersebut dinyatakan berhasil. Sebaliknya, jika siswa belum memenuhi patokan, dia dinyatakan gagal atau belum menguasai bahan pembelajaran yang diajarkan. Maka demikian, nilai atau hasil yang diperoleh siswa selalu dihubungkan dengan tingkat pencapaian penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan yang dijadikan sebagai standar bagi pencapaian tersebut.


Laporan baca 5

 Kurikulum

Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu kata curir dan currere yang merupakan istilah bagi tempat berpacu, berlari, dari sebuah perlombaan yang telah dibentuk semacam rute pacuan yang harus dilalui oleh para kompetitor sebuah perlombaan. Dengan kata lain, rute tersebut harus dipatuhi dan dilalui oleh para kompetitor sebuah perlombaan. Konsekuensinya adalah, siapapun yang mengikuti kompetisi harus mematuhi rute currere tersebut.

Dalam bahasa latin adalah curere yang artinya berlari cepat. Curriculum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh pelari mulai dari start hingga finish. Sedangkan kurikulum dalam pendidikan diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dilaksanan oleh siswa untuk mendapatkan ijazah. Pengertian dari kurikulum itu sendiri sangatlah banyak, dan berikut ini pengertian kurikulum menurut para ahli :

 Kamus Webster’s (1857), Curriculum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk kenaikan kelas atau mendapatkan ijazah.

 Robert Zais (1976), Curriculum adalah sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang harus ditempuh oleh siswa untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau untuk memperoleh ijazah.

 William B. Ragan (Modern Elementary Curriculum, 1963), Curriculum adalah segala sesuatu yang diperoleh anak dibawah tanggung jawab sekolah.

 Beauchamp (1964;4), Curriculum adalah semua kegiatan anak didik yang direncakan dan disediakan oleh sekolah.

Dari pengertian para ahli diatas dapat kita simpulkan, bahwa apapun suatu kegiatan, selagi itu direncakan oleh sekolah disebut KURIKULUM. Seperti yang dikatakan J.Galen Saylor and William M. Alexander bahwa :

 Kurikulum adalah upaya sekolah untuk mempengaruhi proses pembelajaran. Baik itu didalam kelas, tempat bermain ataupun diluar sekolah. Dan untuk memastikan itu kurikulum atau bukan, kita berunjuk pada pengertian Soedijarto, yang menyatakan bahwa semua pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga. Artinya jika ada tujuan dalam proses pendidikan itu maka disebutlah sebagai kurikulum.

Menurut McNeil (1990) isi kurikulum memiliki empat fungsi,sebagai berikut :

• Fungsi pendidikan umum (common and general education), yaitu fungsi kurikulum untuk mempersiapkan peserta didik agar mereka menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab. Kurikulum harus memberikan pengalaman belajar kepada setiap peserta didik agar mampu menginternalisasi nilai-nilai dalam kehidupan, memahami setiap hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat dan makhluk sosial.

• Suplementasi (suplementation), yaitu Setiap peserta didik memiliki perbedaan baik dilihat dari perbedaan kemampuan, perbedaan minat, maupun perbedaan bakat. Kurikulum sebagai alat pendidikan seharusnya dapat memberikan pelayanan kepada setiap siswa sesuai dengan perbedaan tersebut. Dengan demikian, setiap anak memiliki kesempatan untuk menambah kemampuan dan wawasan yang lebih baik sesuai dengan minat dan bakatnya.

• Eksplorasi (exploration), yaitu memiliki makna bahwa kurikulum harus dapat menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing siswa. Melalui fungsi ini siswa diharapkan dapat belajar sesuai dengan minat dan bakatnya, sehingga memungkinkan mereka akan belajar tanpa adanya paksaan.

• Keahlian (spesialization), yaitu mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat siswa. Dengan demikian, kurikulum harus memberikan pilihan berbagai bidang keahlian, misalnya perdagangan, pertanian, industri atau disiplin akademik.

a. Komponen tujuan Komponen tujuan ini mempunyai tiga jenis tahapan, yaitu: Hal ini dapat menggambarkan tujuan hidup yang diharapkan kepada peserta didik, serta didasarkan pada nilai yang diambil dari filsafat. Komponen Ini memang ada kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai masyarakat di sebuah negara. Dengan demikian komponen tujuan ini menjadi langkah yang tepat dan strategi dalam menerapkan nilai-nilai yang di amalkan untuk mencapai tujuan yang sudah memberikan.

b. Komponen isi atau materi

Kompetensi ini terdiri dari Spiritual ,Sosial, keterampilan dan pengetahuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi masing-masing bidang studi tersebut. Bidang studi itu disesuaikan dengan jenis, jenjang, maupun jalur pendidikan yang ada. Langkah ini memang sangat penting sebelum menentukan apa saja isi dari kurikulum.

c. Komponen proses

Proses belajar mengajar ini sangat penting dalam sistem pengajaran.Komponen proses ini mempunyai tujuan agar proses belajar mengajar mampu memberikan suasana baru dan tingkah laku dari setiap peserta didik. Dan guru juga harus mempunyai kreatif yang sangat luas dan pemikiran dalam proses pembelajaran. Dan para guru di tuntut untuk memusatkan diri dalam proses belajar mengajar, memakai metode pembelajaran yang pas dan menarik.agar semua tujuan nya tercapai.

d. Komponen evaluasi

Komponen evaluasi yang mana mempunyai tujuan pemberian penilaian dari proses pembelajaran yang sudah terjadi. Dan seorang guru harus mampu melakukan tahapan evaluasi dengan baik dan benar . Maka yang harus di perhatikan , adalah melakukan evaluasi dengan cara validitas, efisiensi ,reabilitas, agar lebih praktis.

Komponen silabus dan RPP kurikulum 2013.

Berdasarkan peraturan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 menyatakan bahwa proses pendidikan dasar dan menengah proses pembelajaran direncanakan dalam bentuk RPP atau rencana pelaksanaan pembelajaran. Merupakan sebuah rencana pembelajaran tatap muka dalam satu atau dua pertemuan.


Laporan baca 4

 Strategi Pembelajaran

Kata strategi berasal dari bahasa Latin strategia, yang diartikan sebagai seni penggunaan rencana untuk mencapai tujuan. Strategi pembelajaran menurut Frelberg & Driscoll (1992) dapat digunakan untuk mencapai berbagai tujuan pemberian materi pelajaran pada berbagai tingkatan, untuk iswa yang berbeda, dalam konteks yang berbeda pula. Gerlach & Ely (1980) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Dick & Carey (1996) berpendapat bahwa strategi pembelajaran tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pembelajaran. Strategi pembelajaran terdiri atas semua komponen materi pelajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai pola kegiatan pembelajaran yang dipilih dan digunakan guru secara kontekstual, sesuai dengan karakteristik siswa, kondisi sekolah, lingkungan sekitar serta tujuan khusus pembelajaran yang dirumuskan. Gerlach & Ely (1980) juga mengatakan bahwa perlu adanya kaitan antara strategi pembelajaran dengan tujuan pembelajaran, agar diperoleh langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Strategi pembelajaran terdiri dari metode dan teknik (prosedur) yang akan menjamin bahwa siswa akan betul-betul mencapai tujuan pembelajaran. Kata metode dan teknik sering digunakan secara bergantian. Gerlach & Ely (1980) mengatakan bahwa teknik (yang kadang-kadang disebut metode) dapat diamati dalam setiap kegiatan pembelajaran. Teknik adalah jalan atau alat (way or means) yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan siswa ke arah tujuan yang akan dicapai. Guru yang efektif sewaktu-waktu siap menggunakan berbagai metode (teknik) dengan efektif dan efisien menuju tercapainya tujuan. Metode, menurut Winarno Surakhmad (1986) adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan. Namun, metode kadang-kadang dibedakan dengan teknik. Metode bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif, maksudnya merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru) untuk mencapai tujuan. Contohnya, guru A dan guru B sama-sama menggunakan metode ceramah, keduanya mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan metode ceramah yang efektif, tetapi hasil guru A berbeda dengan guru B karena teknik pelaksanaannya yang berbeda. Jadi, tiap guru mempunyai teknik yang berbeda dalam melaksanakan metode yang sama. Marilah kita tinjau kembali pengertian strategi yang telah diuraikan tersebut di atas. bahwa strategi terdiri dari metode dan teknik atau prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa strategi pembelajaran lebih luas daripada metode dan teknik pembelajaran. Metode dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Untuk lebih memperjelas perbedaan tersebut, ikutilah contoh berikut.

Dalam suatu Satuan Acara Perkuliahan (SAP) untuk mata kuliah

• “Metode-metode Mengajar bagi Mahasiswa Program Akta Mengajar”, terdapat suatu rumusan tujuan khusus pembelajaran sebagai berikut

• “Mahasiswa calon guru diharapkan dapat mengidentifikasi minimal empat bentuk diskusi sebagai metode mengajar”. Strategi yang dipilih untuk mencapai tujuan tersebut, misalnya berikut ini.

1. Mahasiswa diminta mengemukakan empat bentuk diskusi yang pernah dilihatnya, secara kelompok.

2. Mahasiswa diminta membaca dua buah buku tentang bentuk-bentuk diskusi dari beberapa buku.

3. Mahasiswa diminta mendemonstrasikan cara-cara berdiskusi sesuai dengan bentuk yang dipelajari, sedangkan kelompok yang lain mengamati sambil mencatat kekurangan-kekurangannya untuk didiskusikan setelah demonstrasi selesai.

4. Mahasiswa diharapkan mencatat hasil diskusi kelas.

Crowl, Kaminsky & Podell (1997) mengemukakan tiga pendekatan yang mendasari pengembangan strategi pembelajaran. Pertama, Advance Organizers dari Ausubel, yang merupakan pernyataan pengantar yang membantu siswa mempersiapkan kegiatan belajar baru dan menunjukkan hubungan antara apa yang akan dipelajari dengan konsep atau ide yang lebih luas. Kedua, Discovery learning dari Bruner, yang menyarankan pembelajaran dimulai dari penyajian masalah dari guru untuk meningkatkankemampuan siswa dalam menyelidiki dan menentukan pemecahannya. Ketiga, peristiwa-peristiwa belajar dari Gagne.

1. Belajar Bermakna dari Ausubel

Ausubel (1977) menyarankan penggunaan interaksi aktif antara guru dengan siswa yang disebut belajar verbal yang bermakna (meaningful verbal learning) atau disingkat belajar bermakna pembelajaran ini menekankan pada ekspositori dengan cara, guru menyajikan materi secara eksplisit dan terorganisasi. Dalam pembelajaran ini, siswa menerima serangkaian ide yang disajikan guru dengan cara yang efisien. Model Ausubel ini mengedepankan penalaran deduktif, yang mengharuskan siswa pertama-tama mempelajari prinsip-prinsip, kemudian belajar mengenal hal-hal khusus dari prinsip-prinsip tersebut. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa seseorang belajar dengan baik apabila memahami konsep-konsep umum, maju secara deduktif dari aturan-aturan atau prinsip-prinsip sampai pada contoh-contoh.Pembelajaran bermakna dari Ausubel menitikberatkan interaksi verbal

yang dinamis antara guru dengan siswa. Guru memulai dengan suatu advance organizer (pemandu awal), kemudian ke bagian-bagian pembelajaran, selanjutnya mengembangkan serangkaian langkah yang digunakan guru untuk mengajar dengan ekspositori.

2. Advance Organizer

Guru menggunakan advance organizer untuk mengaktifkan skemata siswa (eksistensi pemahaman siswa), untuk mengetahui apa yang telah dikenal siswa, dan untuk membantunya mengenal relevansi pengetahuan yang telah dimiliki. Advance organizer memperkenalkan pengetahuan baru secara umum yang dapat digunakan siswa sebagai kerangka untuk memahami isi informasi baru secara terperinci Anda dapat menggunakan advance organizer untuk mengajar bidang studi apa pun.

3. Discovery Learning dari Bruner

Teori belajar penemuan (discovery) dari Bruner mengasumsikan bahwa belajar paling baik apabila siswa menemukan sendiri informasi dan konsep-konsep. Dalam belajar penemuan, siswa menggunakan penalaran induktif untuk mendapatkan prinsip-prinsip, contoh-contoh. CD, serta perbandingan antara invention dengan discovery (misalnya, listrik, nuklir, dan gravitasi). Siswa, kemudian menjabarkan sendiri apakah yang dimaksud dengan invention dan bagaimana perbedaannya dengan discovery. Dalam belajar penemuan, siswa “menemukan” konsep dasar atau prinsip-prinsip dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang mendemonstrasikan konsep tersebut. Bruner yakin bahwa siswa “memiliki” pengetahuan apabila menemukan sendiri dan bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya sendiri, yang memotivasinya untuk belajar.


Laporan baca 3

 4 kompetensi guru profesional

Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditampilkan dalam bentuk perilaku cerdas dan penuhtanggung jawab yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan profesinya. jelas bahwa seorang guru dituntut memiliki kompetensi atau kemampuan dalam ilmu yang dimilikinya, kemampuan penguasaan mata pelajaran, kemampuan berinteraksisosial baik dengan sesama peserta didik maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas. Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif. Karena seorang guru tidak hanya terampil dalam mengajar tentu juga harus memiliki pribadiyang baik dan mampu melakukan social adjustment dalam masyarakat. (Feralys Novauli, 2015 : 46). Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi di samping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan mdan dimaknai sebagai perangkat perilaku  efektif yang terkait dengan eksplorasi dan  investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi bukanlah suatu titik akhir dari suatu upaya melainkan suatu proses yang berkembang dan belajar sepanjang hayat (life long learning process). Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar kompetensi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Penguasaan materi meliputi pemahaman karakteristik dan substansi ilmu sumber bahan pembelajaran, pemahaman disiplin ilmu yang bersangkutan dalam konteks yang lebih luas, penggunaan metodelogi ilmu yang bersangkutan untuk memverifikasi dan memantapkan pemahaman konsep yang dipelajari, penyesuaian substansi dengan tuntutan dan ruang gerak kurikuler, serta pemahaman manajemen pembelajaran. (Reksa Setiawan, 2015 : 132).

Empat kompetensi guru menurutSyaiful Sagala (2009 : 39-41) :

1. Kompetensi Pedagogik, merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik meliputi a) pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan, b) guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik, c) guru mampu mengembangkan kurikulum/silabus baik dalam bentuk dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar, d) guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, e) mampu melaksanakan pembelajaranyang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif, f) mampu 

melakukan evaluasi hasil belajar  dengan memenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan, dan g) mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi Kepribadian, dilihat dari aspek psikologis kompetensi kepribadian guru menunjukkan kemampuan personal yang  mencerminkan kepribadian a) mantap dan stabil yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku, b) dewasa yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru, c) arif dan bijaksana yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta peserta didik, sekolah, dan masyarakat dengan menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak, d) berwibawa yaitu perilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh positif terhadap peserta didik, dan e) memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapatditeladani oleh peserta didik,  bertindak sesuai norma religius, jujur, ikhlas, dan suka menolong.

3. Kompetensi Sosial, artinya  kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial, guru berperilaku santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa empati terhadap orang lain. Kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan menarik dengan peserta didik, sesama pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua dan wali peserta didik, masyarakat sekitar sekolah dan sekitar dimana pendidik itu tinggal, dan dengan pihak-pihak berkepentingan dengan sekolah.

4. Kompetensi Profesional, mengacu pada perbuatan (performance) yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Mengenai perangkat kompetensi profesional biasanya dibedakan profil kompetensi yaitu mengacu kepada berbagai aspek kompetensi yang dimiliki seorang tenaga profesional pendidikan dan spektrum kompetensi yaitu mengacu kepada variasi kualitatif dan kuantitatif. Tanpa kompetensi, guru bak nahkoda  di tengah samudra minus keahlian memadai, sementara di depannya ombak tinggi siap menggulung kapal. Sudah pasti nahkoda yang minus keahlian itu tidak bisa berbuat apa-apa, sementara kapalnya tenggelam tersapu ombak ke dasar samudera. (Agus Wibowo & Hamrin, 2012 : 102)

Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya  tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar. (Agus Wibowo & Hamrin, 2012 : 107)